Job Safety Analysis (JSA) menjadi salah satu metode penting yang wajib diterapkan dalam upaya menciptakan tempat kerja yang aman dan minim risiko. JSA adalah proses sistematis untuk mengidentifikasi potensi bahaya dalam setiap langkah pekerjaan, kemudian menetapkan tindakan pengendalian agar kecelakaan kerja dapat dicegah.
Apa Itu Job Safety Analysis (JSA)?
Job Safety Analysis adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi pekerjaan berdasarkan langkah-langkah operasionalnya, guna mengidentifikasi potensi bahaya dan merancang langkah pengendalian yang sesuai. JSA membantu memastikan bahwa setiap aktivitas dilakukan dengan cara yang paling aman.
Mengapa JSA Penting?
- Mengurangi risiko kecelakaan kerja
- Meningkatkan kesadaran pekerja terhadap bahaya di tempat kerja
- Menjadi dasar dalam pemberian pelatihan kerja yang aman
- Memenuhi persyaratan regulasi K3 (Sesuai PP No. 50 Tahun 2012 dan Permenaker No. 5 Tahun 2018)
- Meningkatkan efisiensi kerja dengan prosedur yang lebih sistematis
Siapa yang Membuat dan Menerapkan JSA?
Job Safety Analysis (JSA) wajib dibuat dan diterapkan oleh setiap perusahaan atau tempat kerja yang memiliki aktivitas dengan potensi bahaya, terutama di sektor konstruksi, manufaktur, migas, pertambangan, dan industri berisiko tinggi lainnya. Penerapan JSA menjadi tanggung jawab
pengawas lapangan, HSE Officer, Ahli K3, serta pimpinan kerja untuk memastikan setiap pekerjaan berjalan aman. Selain itu, pekerja yang terlibat langsung juga harus memahami isi JSA agar dapat bekerja sesuai prosedur yang telah dianalisis keamanannya. Hal ini sesuai dengan kewajiban perusahaan dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 sebagaimana diatur dalam
PP No. 50 Tahun 2012.
Langkah-langkah Membuat Job Safety Analysis (JSA)
Berikut tahapan umum dalam menyusun JSA:
1. Pilih Pekerjaan yang Akan Dianalisis
Pilih pekerjaan yang memiliki potensi bahaya tinggi atau pekerjaan yang sering dilakukan. Prioritaskan berdasarkan tingkat risiko, frekuensi, dan keparahan bahaya.
2. Pecah Pekerjaan Menjadi Langkah-Langkah Kecil
Uraikan pekerjaan ke dalam langkah-langkah yang logis dan berurutan. Setiap langkah harus cukup rinci agar bahaya dalam setiap tahapan dapat diidentifikasi.
3. Identifikasi Bahaya pada Setiap Langkah
Analisis potensi bahaya fisik, kimia, mekanik, listrik, ergonomis, dan lainnya. Gunakan pertanyaan seperti: "Apa yang bisa salah?", "Apa dampaknya?", dan "Bagaimana bisa terjadi?".
4. Tentukan Tindakan Pengendalian
Tentukan cara pengendalian bahaya menggunakan prinsip
hierarki pengendalian risiko: Eliminasi, Substitusi, Rekayasa Teknik, Administrasi, dan Alat Pelindung Diri (APD).
5. Dokumentasikan dan Sosialisasikan
Buat dokumen JSA yang jelas dan mudah dipahami. Sosialisasikan hasil analisis kepada seluruh tim kerja dan pastikan implementasi dilakukan secara konsisten.
Ingin Belajar Lebih Lanjut?
Ikuti pelatihan
K3 Berbasis Kompetensi bersama
PT Artha Safety Indonesia. Dapatkan pemahaman dan praktik langsung dalam penyusunan JSA serta sistem pengendalian risiko kerja lainnya pada
Pelatihan Ahli K3 Umum Sertifikasi KEMNAKER RI
📩
Info & pendaftaran :
Hubungi Admin Segera!